Dalam
tugas bahasa Indonesia 2 ini saya akan menceritakan kisah nyata tentang teman
saya bernama Mia. Mia dan mamanya tiba dirumah saat hampir pukul setengah delapan
malam. Mereka baru saja pulang dari pusat perbelanjaan. “Senyum-senyum terus.
Senang ya dapat baju bagus?”, goda mama. Mia hanya tertawa. Dikamar dengan
tidak sabar Mia mencoba buka baju barunya.
Akhirnya
keinginan Mia untuk punya baju seperti ini terpenuhi juga. Baju baru Mia ini
hampir sama dengan baju baru yang dibelikan papa beberapa tahun lalu. Mia
menyimpannya dilaci lemarinya. Mia membuka laci lemari dan kuambil kantung plastik
warna hitam. Dari dalamnya Mia mengeluarkan baju yang sangat istimewa itu dan
menempelkan dibadannya.
Tentu
saja sudah kekecilan. Baju itu diberikan ketika umur Mia 9 tahun. Sesaat haru
menyeruak dihatinya. Ya, waktu begitu jalan cepat. Tidak terasa sudah 3 tahun
papanya meninggalkan Mia dan mamanya. Mia menghela nafasnya dengan berat, memeluk
baju baru yang tidak pernah dipakainya. Kejadian 3 tahun lalu seolah terjadi
lagi.
Siang
itu adalah hari yang terlupakan. Papanya pulang setelah selama 2 bulan meninggalkan
mereka untuk bertugas. Mia berlari-lari menuju garasi dan papanya berdiri dengan
kedua tangan terbentang. “Mia kangen dengan papa”, katanya ketika tiba
pelukannya. Papanya tertawa. “Papa juga kangen sekali. Ini papa bawa hadiah
buat Mia”.
Sebuah
gaun indah. “Ini untuk dipakai saat shalat Ied”, ujar papanya. Saat itu lebaran
memang tinggal beberapa hari lagi. Mia mencoba gaun itu dan sangat menyukainya.
Apalagi mamanya membelikan sepasang sepatu berwarna putih gading. Lebaran nanti
rasanya akan penuh kebahagiaan. Mamanya mulai sibuk menyiapkan kue-kue kering.
Papanya
mengganti tirai-tirai dan memasang karpet baru. Sementara Mia menyiapkan
kartu-kartu lebaran untuk teman-temannya. Semua sibuk tapi merasa bahagia. Tapi
kebahagiaan itu lenyap ketika Mia dan mamanya mendengar berita mengejutkan
disaat lebaran. Papanya mengalami kecelakaan sepulang mengantarkan mbah Enah,
pembantu mereka kekampungnya.
Papanya
tidak tertolong lagi. Rasanya Mia tidak mau mempercayai kabar itu. Bagaimana
mungkin papanya meninggalkan Mia secepat itu? Baru tadi siang Mia dan papanya
menggoda mamanya yang sedang sibuk mengisi ketupat. Bari tadi siang papanya
memberikan sebatang coklat untuk dimakan saat berbuka puasa. Tapi kini yang ada
dihadapan Mia dan mamanya adalah sebujur tubuh yang kaku. Oh papa…Mia dan mamanya
saling berpelukan.
Tangis
mereka pecah diantara suara takbir yang khidmat. Tidak kusadari air mata
mengalir dipipiku. Mia memeluk gaun indah dari papanya. Oh papa…Mia rindu untuk
merayakan lebaran bersamamu seperti dulu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mamanya
masuk. Cepat-cepat Mia menghapus air matanya. Mia tahu mamanyapun sangat
kehilangan papanya.
Mamanya
sudah melihat gaun indah dari papanya yang sedang Mia peluk. “Ini baju dari
papa dulu kan? Kenapa tidak pernah dipakai?”, tanya mamanya. “Kebetulan kalau
begitu kamu tahu Surti anak pak Udi?”. Mia mengangguk. Pak Udi dulu bekerja
sebagai supir mereka. Tidak hanya mengakibatkan papanya meninggal tapi pak Udi
juga menjadi buta.
“Bagaimana
kalau baju ini untuk Surti?”. Mia sangat terkejut mendengarnya. “Jangan”,
jawabnya spontan. “Kenapa?”, tanya mamanya. Kenapa? Jadi mama tidak tahu betapa
aku mencintai baju ini? Jadi mama tidak mengerti bahwa baju ini menyimpan
seribu kenangan? Tiba-tiba Mia merasa sedih dan marah.
“Ini
baju dari papa, ma. Mia sengaja menyimpannya karena baju ini adalah pemberian
papa yang terakhir. Tidak mungkin Mia berikan kepada orang lain”, jawabnya
ketus. Mia terhenyak. Rupanya Mia tadi terlalu kasar sehingga mamanya
tersinggung. Mia menyesal. Sepulang kerja tadi mama langsung mengantar Mia
mencari baju. Pasti mamanya lelah sekali.
Oh
tapi gaun indah ini adalah bukti sayang papanya kepada Mia. Penghapus rasa
sedih Mia. Tidak mungkin Mia memberikan
kepada orang lain. Mia menghela nafasnya. Mia mencintai papanya dan mamanya pasti
tahu itu. Sesaat Mia tercenung. Mata Mia terasa panas dan basah. Segera Mia
menghampiri mamanya diruang makan. Mamanya sedang makan.
Mia
kaget dengar baju itu akan diberikan ke Surti. Baju itu berarti. Mia…”, Mia
tidak meneruskan kalimatnya. Mamanya menghapus air mata yang mengalir perlahan
dipipi Mia. Mia lihat mata mamanyapun berkaca-kaca. “Mama juga minta maaf sayang.
Mama tidak tahu kalau baju itu sengaja tidak pernah kamu pakai dan sengaja kamu
simpan sebagai kenang-kenangan”.
Mama
pikir akan lebih berguna diberikan keorang yang lebih membutuhkan”, suara mamanya
begitu lembut ditelinga Mia. Mia mengangguk. Selama makan pikiran Mia melayang
kepada Surti dan keluarganya. Karena mata pak Udi buta, dia tidak bias bekerja
lagi untuk membiayai keluarganya.
Ah Mia jadi risih. Dihadapan
Mia saat ini terhidang bermacam lauk pauk. Mia membeli sepotong baju yang
harganya lumayan sementara Surti? “Ma…begini saja. Mia akan ambil sebagian
tabungan Mia. Lalu tolong mama belikan baju lebaran untuk Surti”, kata Mia
memecahkan keheningan. Mamanya senyum dengan mata berkaca. “Mama senang dengarnya”.Nama : Dwi Sistha Rahayuningsih
Kelas : 3KB03
Tugas ke 1 bahasa indonesia 2. Eyang kalabahu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar