Minggu, 25 Maret 2012

GAUN INDAH DARI PAPA


Dalam tugas bahasa Indonesia 2 ini saya akan menceritakan kisah nyata tentang teman saya bernama Mia. Mia dan mamanya tiba dirumah saat hampir pukul setengah delapan malam. Mereka baru saja pulang dari pusat perbelanjaan. “Senyum-senyum terus. Senang ya dapat baju bagus?”, goda mama. Mia hanya tertawa. Dikamar dengan tidak sabar Mia mencoba buka baju barunya.

Akhirnya keinginan Mia untuk punya baju seperti ini terpenuhi juga. Baju baru Mia ini hampir sama dengan baju baru yang dibelikan papa beberapa tahun lalu. Mia menyimpannya dilaci lemarinya. Mia membuka laci lemari dan kuambil kantung plastik warna hitam. Dari dalamnya Mia mengeluarkan baju yang sangat istimewa itu dan menempelkan dibadannya.

Tentu saja sudah kekecilan. Baju itu diberikan ketika umur Mia 9 tahun. Sesaat haru menyeruak dihatinya. Ya, waktu begitu jalan cepat. Tidak terasa sudah 3 tahun papanya meninggalkan Mia dan mamanya. Mia menghela nafasnya dengan berat, memeluk baju baru yang tidak pernah dipakainya. Kejadian 3 tahun lalu seolah terjadi lagi.

Siang itu adalah hari yang terlupakan. Papanya pulang setelah selama 2 bulan meninggalkan mereka untuk bertugas. Mia berlari-lari menuju garasi dan papanya berdiri dengan kedua tangan terbentang. “Mia kangen dengan papa”, katanya ketika tiba pelukannya. Papanya tertawa. “Papa juga kangen sekali. Ini papa bawa hadiah buat Mia”.
Sebuah gaun indah. “Ini untuk dipakai saat shalat Ied”, ujar papanya. Saat itu lebaran memang tinggal beberapa hari lagi. Mia mencoba gaun itu dan sangat menyukainya. Apalagi mamanya membelikan sepasang sepatu berwarna putih gading. Lebaran nanti rasanya akan penuh kebahagiaan. Mamanya mulai sibuk menyiapkan kue-kue kering.
Papanya mengganti tirai-tirai dan memasang karpet baru. Sementara Mia menyiapkan kartu-kartu lebaran untuk teman-temannya. Semua sibuk tapi merasa bahagia. Tapi kebahagiaan itu lenyap ketika Mia dan mamanya mendengar berita mengejutkan disaat lebaran. Papanya mengalami kecelakaan sepulang mengantarkan mbah Enah, pembantu mereka kekampungnya.
Papanya tidak tertolong lagi. Rasanya Mia tidak mau mempercayai kabar itu. Bagaimana mungkin papanya meninggalkan Mia secepat itu? Baru tadi siang Mia dan papanya menggoda mamanya yang sedang sibuk mengisi ketupat. Bari tadi siang papanya memberikan sebatang coklat untuk dimakan saat berbuka puasa. Tapi kini yang ada dihadapan Mia dan mamanya adalah sebujur tubuh yang kaku. Oh papa…Mia dan mamanya saling berpelukan.
Tangis mereka pecah diantara suara takbir yang khidmat. Tidak kusadari air mata mengalir dipipiku. Mia memeluk gaun indah dari papanya. Oh papa…Mia rindu untuk merayakan lebaran bersamamu seperti dulu. Tiba-tiba pintu terbuka dan mamanya masuk. Cepat-cepat Mia menghapus air matanya. Mia tahu mamanyapun sangat kehilangan papanya.
Mamanya sudah melihat gaun indah dari papanya yang sedang Mia peluk. “Ini baju dari papa dulu kan? Kenapa tidak pernah dipakai?”, tanya mamanya. “Kebetulan kalau begitu kamu tahu Surti anak pak Udi?”. Mia mengangguk. Pak Udi dulu bekerja sebagai supir mereka. Tidak hanya mengakibatkan papanya meninggal tapi pak Udi juga menjadi buta.
“Bagaimana kalau baju ini untuk Surti?”. Mia sangat terkejut mendengarnya. “Jangan”, jawabnya spontan. “Kenapa?”, tanya mamanya. Kenapa? Jadi mama tidak tahu betapa aku mencintai baju ini? Jadi mama tidak mengerti bahwa baju ini menyimpan seribu kenangan? Tiba-tiba Mia merasa sedih dan marah.
“Ini baju dari papa, ma. Mia sengaja menyimpannya karena baju ini adalah pemberian papa yang terakhir. Tidak mungkin Mia berikan kepada orang lain”, jawabnya ketus. Mia terhenyak. Rupanya Mia tadi terlalu kasar sehingga mamanya tersinggung. Mia menyesal. Sepulang kerja tadi mama langsung mengantar Mia mencari baju. Pasti mamanya lelah sekali.
Oh tapi gaun indah ini adalah bukti sayang papanya kepada Mia. Penghapus rasa sedih Mia. Tidak mungkin  Mia memberikan kepada orang lain. Mia menghela nafasnya. Mia mencintai papanya dan mamanya pasti tahu itu. Sesaat Mia tercenung. Mata Mia terasa panas dan basah. Segera Mia menghampiri mamanya diruang makan. Mamanya sedang makan.
Mia kaget dengar baju itu akan diberikan ke Surti. Baju itu berarti. Mia…”, Mia tidak meneruskan kalimatnya. Mamanya menghapus air mata yang mengalir perlahan dipipi Mia. Mia lihat mata mamanyapun berkaca-kaca. “Mama juga minta maaf sayang. Mama tidak tahu kalau baju itu sengaja tidak pernah kamu pakai dan sengaja kamu simpan sebagai kenang-kenangan”.
Mama pikir akan lebih berguna diberikan keorang yang lebih membutuhkan”, suara mamanya begitu lembut ditelinga Mia. Mia mengangguk. Selama makan pikiran Mia melayang kepada Surti dan keluarganya. Karena mata pak Udi buta, dia tidak bias bekerja lagi untuk membiayai keluarganya.
Ah Mia jadi risih. Dihadapan Mia saat ini terhidang bermacam lauk pauk. Mia membeli sepotong baju yang harganya lumayan sementara Surti? “Ma…begini saja. Mia akan ambil sebagian tabungan Mia. Lalu tolong mama belikan baju lebaran untuk Surti”, kata Mia memecahkan keheningan. Mamanya senyum dengan mata berkaca. “Mama senang dengarnya”.
Nama : Dwi Sistha Rahayuningsih
Kelas : 3KB03

Tugas ke 1 bahasa indonesia 2. Eyang kalabahu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar